- Dinamakan surat Iqra’ atau surat Al-Qalam,
Makkiyah dan terdiri dari 19 ayat. Di surat ini Nabi diperintahkan untuk
membaca disertai adanya penjelasan tentang kekuasaan Allah terhadap manusia dan
penjelasan sifat-sifatnya. Juga disebutkan keterangan tentang pembangkangan
sebagian menusia dan balasan yang sesuai dengan perbuatan.
1.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.
Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
6.
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
7.
Karena dia melihat dirinya serba cukup.
8.
Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
9.
Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10.
Seorang hamba ketika mengerjakan shalat,
11.
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
12.
Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13.
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
14.
Tidaklah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
15.
Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami
tarik ubun-ubunnya,
16.
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
17.
Maka Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18.
Kelak kami akan memanggil malaikat Zabaniyah,
19.
Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan
dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
Makna
Mufradat
Arti
|
Mufradat
|
1.
Jamak dari ‘Alaqah artinya segumpal darah.
2.
Lebih mulia dan yang mulia.
3.
As-Saf’u artinya menarik dengan kasar, sedangkan An-Nashiyah
artinya rambut di ubun-ubun. Maksudnya sebagai bentuk penghinaan.
4.
Yang memanggil.
5.
Malaikat yang ditugaskan untuk mengurusi orang-orang kafir di
neraka. Di dalamnya mereka dimasukkan secara paksa.
6.
Mendekatlah kepada Tuhanmu melalui ibadah.
|
1.
علق
2.
الأكرم
3.
لنسفعن بالناصية
4.
ناديه
5.
الزبانية
6.
واقترب
|
Syarah:
Dalam Shahih-nya
Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra. yang artinya demikian, “Wahyu pertama yang
sampai kepada Rasul adalah mimpi yang benar. Beliau tidak pernah bermimpi
kecuali hal itu datang seperti cahaya Shubuh. Setelah itu beliau senang
berkhalwat. Beliau datang ke gua Hira dan menyendiri di sana, beribadah selama
beberapa malam. Yang untuk itu beliau membawa bekal. Kemudian kembali ke
Khadijah dan membawa bekal serupa. Sampai akhirnya dikejutkan oleh datangnya
wahyu, saat beliau berada di gua Hira. Malaikat datang kepadanya dan berkata,
“Bacalah!” Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” lalu Rasulullah saw.
berkata, “Lalu di merangkulku sampai terasa sesak dan melepaskanku. Ia berkata,
‘Bacalah!’ Aku katakan, ‘ Aku tidak bisa membaca.’ Lalu di merangkulku sampai
terasa sesak dan melepaskanku. Ia berkata,
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.” (Al-Hadits).
Dengan demikian maka
awal surat ini menjadi ayat pertama yang turun dalam Al-Qur’an sebagai rahmat
dan petunjuk bagi manusia. Wahyu pertama yang sampai kepada Nabi saw. adalah
perintah membaca dan pembicaraan tentang pena dan ilmu. Tidakkah kaum Muslimin
menjadikan ini sebagai pelajaran lalu menyebarkan ilmu dan mengibarkan
panjinya. Sedangkan Nabi yang ummi ini saja perintah pertama yang harus
dikerjakan adalah membaca dan menyebarkan ilmu. Sementara ayat berikutnya turun
setelah itu. Surat pertama yang turun secara lengkap adalah Al-Fatihah.
Pengertian ringkas
ayat-ayat ini adalah: Agar kamu menjadi orang yang bisa membaca, ya Muhammad.
Setelah tadinya kamu tidak seperti itu. Kemudian bacalah apa yang diwahyukan
kepadamu. Jangan mengira bahwa hal itu tidak mungkin hanya dikarenakan kamu
orang ummi, tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis. Allah-lah
yang menciptakan alam ini, yang menyempurnakan, menentukan kadarnya, dan
memberi petunjuk. Yang menciptakan manusia sebagai makhluk paling mulia dan
menguasainya serta membedakannya dari yang lain dengan akal, taklif,
dan pandangan jauhnya. Allah swt. menciptakannya dari darah beku yang tidak ada
rasa dan gerak. Setelah itu ia mnejadi manusia sempurna dengan bentuk yang
paling indah. Allah-lah yang menjadikanmu mampu membaca dan memberi ilmu
kepadamu ilmu tentang apa yang tadinya tidak kamu ketahui. Kamu dan kaummu
tadinya tidak mengetahui apa-apa. Allah juga yang mampu menurunkan Al-Qur’an kepadamu
untuk dibacakan kepada manusia dengan pelahan. Yang tadinya kamu tidak tahu,
apa kitab itu dan apa keimanan itu?
Bacalah dengan nama
Tuhanmu, maksudnya dengan kekuasaan-Nya. Nama adalah untuk mengenali jenis dan
Allah dikenali melalui sifat-sifat-Nya. Yang menciptakan semua makhluk dan
menyempurnakan sesuai dengan bentuk yang dikehendaki-Nya. Dan Allah swt. telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, ya Muhammad.
Dan Tuhanmu lebih mulia dari setiap yang mulia. Karena Allah swt. yang memberikan
kemuliaan dan kedermawanan. Maha Kuasa daripada semua yang ada. Perintah
membaca disampaikan berulang-ulang karena orang biasa perlu pengulangan
termasuk juga Al-Mushtafa Rasulullah saw. Karena Allah sebagai Dzat yang
paling mulia dari semua yang mulia, apa susahnya memberikan kenikmatan membaca
dan menghapal Al-Qur’an kepadamu tanpa sebab-sebab normal. Silakan baca firman
Allah,
“Sesungguhnya
atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya.” (Al-Qiyamah: 17).
“Kami
akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa.” (Al-A’la: 6).
Bacalah dengan nama
Tuhanmu yang Maha Mulia dan mengajarkan manusia untuk saling memahami dengan
pena, meski jarak dan masa mereka sangat jauh. Ini merupakan penjelasan tentang
salah satu indikasi kekusaan dan ilmu (manusia).
“Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Allah memberikan insting
dan kemampuan berpikir kepada manusia yang menjadikannya mampu mengkaji dan
mencerna serta mencoba sampai ia mampu menyibak rahasia alam. Dengan demikian
ia dapat menguasai alam dan menundukkannya sesuai dengan yang diinginkannya.
“Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (Al-Baqarah: 29).
“Dan
dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya” (Al-Baqarah: 31).
Nampaknya Allah
memerintahkan Nabi-Nya untuk membaca secara umum dan khususnya membaca
Al-Qur’an. Setelah itu Allah menjelaskan bahwa hal itu sangat mungkin bagi
Allah yang menciptakan semua makhluk dan menciptakan manusia dari segumpal
darah. Dia-lah yang Maha Mulia dan tidak pelit terutama terhadap Rasul-Nya.
Dialah yang mengajarkan manusia dengan pena tentang apa yang belum pernah
diketahuinya.
“Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya
serba cukup. Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).”
Sungguh benar, bahwa
manusia itu melampaui batas, sombong, dan keterlaluan melakukan dosa. Karena ia
menganggap dirinya tidak butuh kepada orang lain akibatnya melimpahnya harta,
anak-anak, dan lain-lain. Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ia akan kembali
kepada Allah swt. dan akan diminta pertanggung-jawaban atas semua yang
dilakukan.
Mungkin anda bertanya
tentang konsiderasi ayat-ayat ini. Saya katakan bahwa ketika Allah swt.
menyebutkan indikasi kekuasaan dan ilmu serta kesempurnaan nikmat yang
dianugerahkan kepada manusia. Tujuannya adalah agar manusia tidak ingkar
nikmat. Namun apa lacur, ternyata manusia benar-benar mengingkari dan melampaui
batas. Oleh karena itu Allah swt. ingin menjelaskan sebabnya, bahwa cinta
dunia, tertipu olehnya, dan berambisi terhadapnya dapat menyibukkannya dari
melihat ayat-ayat Allah yang agung.
Setelah memerintahkan
Nabi-Nya untuk membaca wahyu yang ada di dalam kitab-Nya dan menjelaskan penyebab
kekafiran manusia, Allah membuat perumpamaan gembong kekafiran, yakni Abu
Jahal. Kendatipun pengertian ayat tersebut umum.
Ceritakan kepada-Ku, ya
Muhammad, tentang seseorang yang melarang hamba untuk tunduk kepada Allah dan
melakukan shalat. Apa urusanya? Orang itu sungguh mengherankan, ia kafir dan
bermaksiat kepada Tuhannya. Ia melarang orang lain melakukan kebaikan terutama
shalat. Ceritakan kepada-Ku tentang kondisi orang tersebut, kalau memang ia
termasuk golongan kanan dan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk setelah
itu ia mengajak orang lain kepada ketakwaan dan kebaikan. Kalau orang itu
seperti ini keadaannya tentu ia berhak mendapatkan pahala yang besar dan surga
sebagai tempat tinggalnya.
Ceritakan kepada-Ku
tentang orang yang berdusta serta berpaling dari kebenaran lalu mengerahkan
segenap potensinya untuk mengejar apa yang diinginkan. Tidakkah mereka tahu
bahwa Allah swt. melihat? Sebenarnya mereka mengakui bahwa Allah swt.
mengetahui yang gaib dan yang nyata lalu akan membalas masing-masing orang
sesuai dengan amal perbuatannya. Kalau amalnya baik balasannya baik dan kalau
amalnya buruk dibalas dengan keburukan. Maka bergegaslah kalian, wahai manusia,
menuju Allah, bertaubatlah dan beramallah untuk mendapatkan ridha-Nya.
Kalla, kata penolakan bagi orang yang bermaksiat
kepada Allah. Aku bersumpah, jika orang-orang kafir dan pelaku kemaksiatan itu
tidak menyudahi perbuatan mereka, Kami akan menyiksa mereka dengan siksaan yang
pedih. Kami akan hinakan mereka serendah-rendahnya sesuai dengan tingkat
kesombongan mereka di dunia. Dan bagi Allah hal itu tidaklah sulit. Akan Kami
tarik ubun-ubun mereka dengan kasar. Ubun-ubun yang sering menyombongkan
dirinya karena kekuatan dan keyakinanya bahwa dirinya akan selamat dari murka
Allah. Padahal tidak ada yang bisa mengalahkan Allah, baik yang ada di bumi
maupun di langit. Tentu saja dugaan tersebut salah karena mereka melampaui
batas dan berlaku jahat, khususnya terhadap orang-orang baik dan jujur. Kami
akan hinakan orang seperti ini, maka biarkan saja malaikat yang memanggil
mendorong mereka semua. Bahkan Kami, Allah swt. akan memanggil Zabaniyah. Yakni
Allah swt. akan memanggil Zabaniyah, penjaga Jahannam untuk mendorong mereka.
“Pada
hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat- kuatnya.”
Pada saat itu mereka
tidak memiliki penolong maupun pembantu.
Kalla, tinggalkan orang kafir itu dengan perbuatannya
dan jangan sampai mengganggunya, ya Rasulullah. Bersujudlah selalu untuk Allah
serta mendekatlah kepada-Nya melalui ibadah, karena ibadah merupakan benteng
yang kokoh dan jalan keselamatan. Allahu a’lam. []
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2009/12/01/4935/tafsir-surat-al-alaq/#ixzz2US5VcKif
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook\
SURAT AL-'ALAQ DAN TERJEMAHNYA
Surat Al 'Alaq dan artinya
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ١
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ٢
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ ٣
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ٤
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis
baca.
عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ٥
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى ٦
6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى ٧
7. karena Dia melihat dirinya serba cukup.
إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى ٨
8. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى ٩
9. bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
عَبْدًا إِذَا صَلَّى ١٠
10. seorang hamba ketika mengerjakan shalat[1590],
[1590] Yang dimaksud dengan orang yang hendak melarang itu ialah
Abu Jahal, yang dilarang itu ialah Rasulullah sendiri. akan tetapi usaha ini
tidak berhasil karena Abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya. setelah
Rasulullah selesai shalat disampaikan orang berita itu kepada Rasulullah.
kemudian Rasulullah mengatakan: "Kalau jadilah Abu Jahal berbuat demikian
pasti Dia akan dibinasakan oleh Malaikat".
أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى ١١
11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di
atas kebenaran,
أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى ١٢
12. atau Dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى ١٣
13. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan
dan berpaling?
أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى ١٤
14. tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat
segala perbuatannya?
كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا
بِالنَّاصِيَةِ ١٥
15. ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian)
niscaya Kami tarik ubun-ubunnya[1591],
[1591] Maksudnya: memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik
kepalanya.
نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ ١٦
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ ١٧
17. Maka Biarlah Dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ ١٨
18. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah[1592],
[1592] Malaikat Zabaniyah ialah Malaikat yang menyiksa orang-orang
yang berdosa di dalam neraka.
كَلا لا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ١٩
19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan
sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
Tafsir Surat Al 'Alaq 1-5
بسم الله الرحمن الرحيم
Allah ta’ala berfirman di dalam Al Qur`an surat Al ‘Alaq ayat 1 sampai 5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5
Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Seorang alim tafsir yang bernama Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya yang berjudul “Tafsirul Qur`anil ‘Azhim” : “Ayat Al Qur`an yang paling pertama turun adalah ayat-ayat mulia yang memiliki berkah ini. Ayat-ayat ini adalah rahmat pertama yang mana dengannya Allah merahmati para hamba dan merupakan kenikmatan pertama yang Allah berikan kepada mereka.
Di dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan tentang awal mula penciptaan manusia adalah dari segumpal darah. Di antara kemurahan Allah ta’ala adalah mengajarkan kepada manusia tentang hal yang tidak mereka ketahui. Lalu Allah mengangkat derajatnya dan memuliakannya dengan ilmu. Ilmu inilah ukuran yang membedakan antara bapak manusia Adam dengan para malaikat.
Ilmu terkadang terdapat di dalam akal pikiran, terkadang di lisan, terkadang di tulisan tangan. Akal, lisan, dan tulisan. Tulisan selalu berkaitan dengan dua hal lainnya, tidak sebaliknya. Oleh karena itu Allah berfirman:
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5
Di dalam sebuah atsar disebutkan:
قيدوا العلم بالكتابة
“Ikatlah ilmu itu dengan tulisan.” [Riwayat Al Hakim (1/106) dari Umar bin Khaththab dan Anas bin Malik secara mauquf. Atsar ini shahih]
Di dalam atsar yang lain:
من عمل بما علم رزقه الله علم ما لم يكن يعلم
“Barangsiapa yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan memberinya ilmu yang tidak diketahuinya sebelumnya.” [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Hilyatul Auliya`]
Selesai penukilan kalam Ibnu Katsir rahimahullah.
Seorang alim tafsir yang lainnya yaitu Imam Asy Syaukani berkata di dalam kitab tafsirnya yang berjudul “Fathul Qadir” : “Makna (الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ) adalah mengajarkan tulisan kepada manusia dengan perantara alat tulis. Dengan perantara itu dia akan mampu untuk mengetahui segala tulisan.
Az Zajjaj berkata: “Mengajarkan manusia tulisan dengan alat tulis.”
Qatadah berkata: “Alat tulis merupakan nikmat yang besar dari Allah ‘azza wa jalla. Kalau bukan karena alat tulis, tidak akan tegak agama dan tidak akan bagus kehidupan ini.”
Lalu Imam Asy Syaukani berkata: “Allah juga telah mengingatkan akan keutamaan ilmu tulisan karena ia mengandung manfaat yang besar yang tidak bisa mengetahui (seluruh manfaat)-nya kecuali Dia saja.
Tidaklah ilmu-ilmu dibukukan, hukum-hukum dikumpulkan, sejarah dan perkataan orang-orang masa dahulu diteliti, dan kitab-kitab Allah yang diturunkan melainkan (semuanya) dengan tulisan. Kalau bukan karena adanya tulisan, maka tidak akan tegak perkara agama, begitupula urusan dunia.”
وبالله التوفيق
Surah Al-'Alaq
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Informasi
|
|
Arti
|
Segumpal Darah
|
Nama lain
|
|
Klasifikasi
|
|
96
|
|
Statistik
|
|
1 ruku'
|
|
19 ayat
|
|
Ayat 19
|
Surah Al-'Alaq (bahasa Arab:العلق, "Segumpal Darah") adalah surah ke-96 dalam al-Qur'an. Surah ini
terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Ayat 1
sampai dengan 5 dari surah ini adalah ayat-ayat Al-Quran yang pertama
diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad bersemedi di gua Hira. Surah ini
dinamai Al 'Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq yang terdapat
pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra atau Al Qalam.
Pokok-pokok isi [sunting]
Perintah membaca lingkungan alam semesta
untuk menemukan siapa sebenarnya Tuhan; tersurat dalam Surat Al alaq: manusia
dijadikan dari segumpal darah; Allah menjadikan kalam sebagai alat
mengembangkan pengetahuan;Janganlah manusia bertindak melampaui batas karena
merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah terhadap orang-orang kafir yang
menghalang-halangi kaum muslimin melaksanakan perintah-Nya.
Surat Al 'Alaq menerangkan bahwa Allah
menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar
membaca, menulis dan memberinya pengetahuan. Tetapi manusia tidak ingat lagi
akan asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah itu, bahkan dia
bertindak melampaui batas karena melihat dirinya telah merasa serba cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar